Motivasi dan Memimpin Usaha
Motivasi
adalah seperangkat kekuatan yang menyebabkan orang berprilaku dengan cara
tertentu.
Teori-Teori Motivasi :
A. Teori X dan Y (douglas Mc.Gregor)
Dalam suatu penelitian douglas Mc.Gregor menyimpulkan bahwa
para manajer mempunyai kepercyaan yang sangat berbeda mengenai cara terbaik
menggunakan sumber daya manusia suatu perusahaan. Ia mengklasifikasikan
keyakinan itu kedalam serangkaian asumsi yang ia beri label “Teori X” dan
“Teori Y”.
Teori yang
mengklasifikasikan prilaku manajer berdasarkan sikap terhadap bawahannya
:
Teori X
|
Teori
Y
|
Orang malas
|
Orang energik
|
Orang tidak punya ambisi dan
tanggung jawab
|
Orang berambisi dan bertanggung
jawab
|
Orang mementingkan diri sendiri
|
Orang dapat tidak mementingkan diri sendiri
|
Orang menentang perubahan
|
Orang ingin menyumbang ke pertumbuhan dan perubahan
bisnis
|
Orang mudah dihasut dan tidak pintar
|
Orang
|
Impilkasi
dalam memperlakukan bawahan :
Teori X
|
Teori Y
|
Mereka perlu dipaksa dengan
peraturan ketat
|
Menghindari peraturan dan pengawasan yang ketat
|
Diperintah dan diancam
|
Berkerja berdasarkan sasaran(MBO)
|
Perlu diawasi secara ketat
|
Mengutamakan partisipasi. Pengambilan keputusan
berdasarkan demokrasi
|
Implikasi
dari Teori X dan Teori Y McGregor terhadap organisasi adalah bahwa
asumsi-asumsi Teori Y lebih dapat diterima dan dapat menuntun manajer dalam
mendesain organisasi dan memotivasi para pegawai. Tahun 1960-an antusiasme
pekerja cukup tinggi untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan
organisasi, penciptaan tanggung jawab dan tantangan pekerjaan, termasuk
pembangunan hubungan kelompok-kelompok
kerja yang
lebih baik. Antusiasme ini, sebagian besar, diakibatkan oleh Teori Y dari
McGregor.
B. Teori hierarki kebutuhan Maslow
Teori hierarki kebutuhan
Maslow adalah teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow. Ia beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum
kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.
Konsep Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan
kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan
kebutuhan yang lain. Contohnya jika individu merasa haus, maka individu akan cenderung untuk mencoba memuaskan
dahaga.Individu dapat hidup tanpa makanan selama
berminggu-minggu. Tetapi tanpa air, individu hanya dapat hidup selama beberapa
hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.
Kebutuhan-kebutuhan
ini sering disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang digambarkan
sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan tingkat kebutuhan.Terdapat
lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri Maslow
memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan kebutuhan pada tingkat
paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya.
Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka
individu dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.
Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan
tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency
motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation).Motivasi
kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai
kekurangan yang ada. Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan
paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.
Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat
berteduh, seks, tidur dan oksigen.Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan
kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan,
bukan untuk mencari teman atau dihargai.
Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu
semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di
masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah
gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka
berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang
hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang
sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan
fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama,
kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan
sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam
aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan
hilang.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah
kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang
disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya
mengancam seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.
Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari
kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total.
Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor,
kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut
Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak
yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan
terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan
dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal
yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.
Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang
Jika
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki.
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki
pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan
antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.Seseorang yang
kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa
panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan
diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya.Ketika ada orang lain
menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur.
Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan
sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya.
Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika
kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa
kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.Kita
harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan
meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan
kebencian.Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah
kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar
kebutuhan akan penghargaan.Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki
dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah
dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati
orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan
kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah
siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan
terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi
melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi.
Maslow
melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh
kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow
berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah
kebutuhan untuk dihargai terpenuhi. Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia
menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap
kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka
belum juga bisa mencapai aktualisasi diri.C. Teori Dua Faktor
Teori Dua
Faktor (juga dikenal sebagai teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-motivator). Teori ini
dikembangkan oleh Frederick
Irving Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat. Ia
dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori
motivasi.
Frederick
Herzberg menyatakan bahwa ada faktor-faktor tertentu di tempat kerja yang
menyebabkan kepuasan kerja, sementara pada bagian lain ada pula faktor lain
yang menyebabkan ketidakpuasan. Dengan kata lain kepuasan dan ketidakpuasan
kerja berhubungan satu sama lain. Faktor-faktor tertentu di tempat kerja
tersebut oleh Frederick Herzberg diidentifikasi sebagai hygiene factors (faktor
kesehatan) dan motivation factors
(faktor pemuas).
Dua faktor
ini oleh Frederick Herzberg dialamatkan kepada faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang mendorong karyawan
termotivasi, yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang,
dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang,
terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Teori ini merupakan pengembangan
dari teori hirarki kebutuhan Maslow. Dan juga berhubungan erat dengan teori tiga
faktor sosial McClelland.
Hygiene Factors
Hygiene factors (faktor
kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat
kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang.
Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor
ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut
sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk
menghindari ketidakpuasan. Hygiene
factors (faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis
individu yang diharapkan untuk dipenuhi. Hygiene
factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan pribadi,
kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,
kebijaksanaan dan administrasi perusahaan.
Motivation Factors
Menurut
Herzberg, hygiene factors
(faktor kesehatan) tidak dapat dianggap sebagai motivator. Faktor motivasi
harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan
dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai faktor
pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors (faktor
pemuas). Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan
sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan
mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
pertumbuhan dalam pekerjaan.
Kritik
Teori ini
menurut Cushway dan Lodge, 1995 mengabaikan pekerja kerah biru. Uang/gaji tidak
dimasukkan sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan
kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang
mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi
kebutuhan dasar.
Teori dua
faktor juga memiliki keterbatasan lain yaitu variabel situasional. Herzberg
mengasumsikan adanya korelasi antara kepuasan dan produktivitas. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Herzberg menekankan pada kepuasan dan
mengabaikan produktivitas. Tidak ada ukuran komprehensif kepuasan digunakan.
Seorang karyawan mungkin menemukan pekerjaannya diterima meskipun fakta bahwa
ia mungkin membenci obyek pekerjaannya.
Teori dua
faktor menurut para ahli juga tidak bebas dari bias karena didasarkan pada
reaksi alami dari karyawan ketika mereka ditanya sumber kepuasan dan ketidakpuasan
di tempat kerja. Mereka akan menyalahkan ketidakpuasan pada faktor-faktor
eksternal seperti struktur gaji, kebijakan perusahaan dan hubungan dengan
karyawan lainnya. Juga, karyawan tentunya subyektif terhadap diri mereka
sendiri untuk menilai faktor kepuasan kerja.
Meskipun
mendapatkan kritik namun demikian teori dua faktor Herzberg diterima secara
luas oleh para ahli.
Implikasi Teori
- Teori Dua-Faktor menyiratkan bahwa manajer harus fokus untuk menjamin kecukupan faktor hygiene (faktor kesehatan) guna menghindari ketidakpuasan karyawan. Juga, manajer harus memastikan bahwa pekerjaan sebagai perangsang dan bermanfaat sehingga karyawan termotivasi untuk bekerja dan melakukannya lebih keras dan lebih baik. Teori ini menekankan pada kerja pengayaan sehingga memotivasi karyawan. Pekerjaan harus memanfaatkan keterampilan karyawan dan kompetensi mereka secara maksimal. Berfokus pada faktor-faktor motivasi dapat meningkatkan kerja berkualitas.
Referensi :
·
Perilakuorganisasi.com
·
id.wikipedia.org/wiki/
·
www.organisasi.org
0 komentar:
Posting Komentar